Sabtu, 10 Januari 2009

TERMINAL AGRIBISNIS, PERLUKAH DI KAWASAN TRANSMIGRASI ?

TERMINAL AGRIBISNIS, PERLUKAH DI KAWASAN TRANSMIGRASI ?
Oleh : TISMAN
 
Perubahan paradigma penye-lenggaraan transmigrasi yang berorientasi pada pengembang an agribisnis didukung oleh kebijakan pengembangan komoditas pertanian tertentu dalam skala besar sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Pengembangan komoditas tersebut hendaknya mampu menciptakan nilai tambah dan berorientasi pada keuntungan. Disamping itu pendekatan kecukupan pangan yang berorientasi pada produksi hendaknya bergeser menjadi keamanan pangan yang berorientasi pada ketersediaan pangan dan daya beli masyarakat. Ketersediaan pangan itu sendiri dapat didekati dengan kombinasi antara diversifikasi pangan, pengembangan jenis pangan baru, produksi pangan dan impor pangan serta peningkatan daya beli masyarakat melalui pengembangan usaha-usaha produktif dan bernilai tambah tinggi.
Salah satu fokus penting dari pendekatan agribisnis adalah dengan memadukan konsep pembangunan wilayah yang pada akhirnya nanti diharapkan dapat memunculkan komoditas - komoditas andalan/ unggulan dari wilayah pengembangan yang bersangkutan. Pendekatan agribisnis merupakan cara pandang baru dalam melihat pembangunan pertanian secara keseluruhan. Agribisnis sebagai suatu sistem merupakan hasil perpaduan subsistem-subsistem berikut (1) subsistem input, (2) subsistem usaha tani/produksi (3) subsistem pengolahan dan pemasaran, dan didukung oleh (4) subsistem sarana pendukung fasilitas. Disamping itu pendekatan agribisnis dalam pembangunan pertanian tidak akan memperoleh hasil yang maksimal tanpa memperhatikan aspek lingkungan dari wilayah yang akan dikembangkan. Dalam arti kata bahwa mutlak diperlukan mekanisme keterpaduan antara pembangunan pertanian pende katan agribisnis dan pembangunan wilayah secara umum, sehingga di-hasilkan satu sinergi yang kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian perlu diperhatikan konsep pembangunan wilayah pertanian dengan acuan untuk menghasil-kan komoditas unggulan melalui pendekatan agribisnis.
Berbagai permasalahan dan isu yang biasa dihadapi dalam pemasaran hasil agribisnis adalah :
1. Belum cukupnya infrastruktur pasar berupa jalan, pelabuhan, fasilitas penyimpanan, pengemas-an dan pengolahan.
2. Terjadinya kehilangan pasca panen atau pemasaran akibat penanganan dan pengemasan yang tidak sesuai.
3. Kurang tepatnya grading (pengkelasan) serta standarisasi produk-produk hasil panenan.
4. Terjadinya ketidak stabilan harga akibat pengaruh musim produksi dan kondisi pasar.
5. Tidak adanya mekanisme penentuan harga yang berlaku.
6. Tidak cukupnya informasi pemasaran khususnya dalam rangkaian pengum-pulan, analisa dan penyebarluasan informasi yang relevan.
7. Langkanya kegiatan penelitian dan studi pemasaran.
8. Sulitnya akses petani kecil pada kredit pemasaran.
9. Langkanya jasa perluasan pasar yang memadai.
10. Kurangnya dukungan pemerintah dalam kebijakan dan pengemba-ngan pasar.
 
Untuk itu diperlukan kebijakan distribusi produksi agribisnis yang diarahkan untuk mencapai kinerja pemasaran yang optimal, dengan memasukkan elemen - elemen sebagai berikut :
 
1. Berbagai macam saluran pemasaran yang dapat diandalkan oleh para produsen.
2. Melengkapi informasi pasokan dan kebutuhan produk agribisnis dalam sistem distribusi.
3. Memantapkan pembentukan harga melalui interaksi antara jumlah pasokan dan kebutuhan.
4. Mempersiapkan fasilitas bangunan dan sarana pemasaran lainnya sesuai dengan daya simpan produk.
5. Memisahkan kegiatan pemasaran dari kegiatan distribusi fisik komoditi-komoditi agribisnis tersebut.
6. Mengamankan keselamatan dan kesehatan konsumen dengan menjamin kondisi produk agribisnis yang baik.
Adapun penentuan lokasi terminal agribisnis dapat ditetapkan dengan memper hatikan kriteria sebagai berikut:
1. Adanya komoditi yang dipasarkan untuk mendukung peluang pasar, sesuai dengan agroekologi dan memberikan kepuasan tertinggi secara ekonomi dan sosial bagi rumah tangga petani, masyarakat dan wilayah yang bersangkutan.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi melalui efisiensi biaya transportasi input produksi dan komunikasi (dalam memper-oleh informasi yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi).
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemasaran melalui efisiensi biaya transportasi dan komunikasi dalam memperoleh promosi, dapat menekan susut dan menjamin stabilitas harga di tingkat petani terutama pada saat panen raya serta memperkuat posisi tawar petani.
4. Dapat menangani berbagai aspek pada phase pasca panen sesuai dengan kebutuhan pelaku agribisnis dan dapat melakukan fungsi pelayanan pemasaran produk agribisnis secara lebih efisien.
5. Meningkatkan jangkauan pelayan an umum seperti pasar, bank, sekolah, puskesmas, kantor pos maupun telekomunikasi.
6. Melahirkan sistim transit dalam skala bisnis dan diharapkan berperan dalam proses agribisnis dengan mengakomo-dasi kepen-tingan seluruh pihak terkait (produsen, pedagang dan konsumen).
7. Petani dapat menimba informasi agribisnis termasuk peluang pasar, perubahan selera konsumen, harga dan permintaan.
8. Mempunyai dukungan kebijakan peme-rintah, terutama dalam penyediaan insentif berupa penyediaan infrastruk-tur dan kebijakan fiscal.
Memperhatikan permasalahan, kebijak-an distribusi produksi agribisnis dan kriteria umum penetapan lokasi terminal agribisnis, maka pembangunan terminal agribisnis di kawasan transmigrasi dapat dilaksanakan dengan kriteria tertentu sebagai berikut :
1. Adanya komoditas yang sesuai dengan agroekologi setempat, menjanjikan pendapatan yang baik, berproduktivitas tinggi sehingga mutu dan kontinyuitas produk dapat dipertanggung jawabkan serta mendapat dukungan pasar baik penyedia input produksi maupun hasil produksi.
2. Aksesibilitas, terdapat empat manfaat utama terhadap pengem-bangan agribisnis yaitu (a) menekan tingkat susut produksi, menjamin stabilitas harga di tingkat petani pada saat panen raya dan memperkuat posisi tawar petani. Berdasarkan pengamatan langsung di lapang bahwa kondisi prasarana transportasi dan jarak Unit Permukiman Transmigrasi mempe-ngaruhi kehilangan produksi berkisar 10% - 15% dan penurunan mutu berkisar 5% - 10%. (b) penekanan biaya transportasi, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kantor UPT dan transmigran bahwa besarnya biaya angkut sangat ditentukan oleh jarak (Km) atau kemudahan pencapaian, kualitas sarana dan prasarana transportasi seperti angkutan termasuk fasilitas pendukung nya. Semakin baik kualitas prasarana maka kerusakan yang terjadi pada sarana angkutan akan berkurang sehingga memperkecil biaya pemeli hara an sarana angkutan, (c) terjadinya komuni-kasi yang lebih mudah akibat meningkatnya jangkauan umum sehingga informasi seperti peluang pasar, perubahan selera konsumen, harga dan permintaan dapat segera diterima oleh petani, (d) kemu-dahan dalam pemasaran, merupakan konsekuensi dari ketepatan penyediaan produk, mutu produk dan sesuai dengan selera konsumen. Dengan demikian petani memiliki posisi tawar dan harga yang stabil meskipun pada saat panen raya. Oleh karena itu faktor aksesibilitas yang paling berpengaruh terhadap penetapan lokasi terminal agribisnis adalah kemudahan pencapaian yang ditunjukkan oleh kondisi prasarana dan sarana transportasi.
3. Sosial budaya sangat erat kaitannya dengan keamanan, peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan teknologi lokal dalam rangka ketersediaan tenaga kerja, sikap tenaga kerja dan upah. Unsur-unsur sosial budaya yang berpengaruh terhadap terminal agribisnis adalah (a) interaksi sosial yaitu kemudahan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat luar serta bersifat terbuka terhadap hal-hal yang berasal dari luar seperti teknologi dan informasi, termasuk kehadiran pendatang luar, (b) komposisi usia, jenis kelamin dan dependency ratio yaitu mengetahui jumlah tenaga kerja yang tersedia, potensi tenaga kerja laki-laki dan perempuan dan sejauh mana penduduk usia produktif menanggung secara ekonomi kehidupan penduduk usia non produktif. (c) pendidikan dan ketram-pilan penduduk setempat, untuk memperlihatkan kemampu an sumber daya yang ada dalam menerima tekno-logi, informasi dan bersaing dengan pendatang, (d) komunikasi yaitu ke-mampuan untuk memberikan dan menerima informasi dan (e) lembaga formal dan informal, untuk menjemba-tani pemerintah dan masyarakat dalam rangka pembinaan komunikasi dan peningkatan sumberdaya manusia.
4. Dukungan kelembagaan baik lembaga penyedia input produksi maupun lembaga pemasaran output. Dukungan tersebut akan mengaktifkan petani untuk terus berproduksi dan mening-katkan hasil secara kontinyu dengan mutu yang dapat dipertanggung-jawabkan. Lembaga penyedia input produksi dapat berfungsi sebagai lembaga pemasaran yang dapat mewakili petani sebagai intelijen pemasaran maupun penggerak produksi yang berlandaskan pada kompetitif wilayah sehingga meningkatkan pendapatan petani melalui efisiensi biaya produksi, biaya transportasi dan kemudahan pemasaran.
5. Tata ruang baik internal maupun regional, memberikan dukungan terhadap penciptaan aktivitas ekonomi dan memiliki jaringan prasarana perhubungan baik secara internal maupun regional serta memiliki kemudahan dalam pembangunan prasarana listrik dan telekomunikasi.
Dengan demikian perlu tidaknya terminal agribisnis di kawasan transmi-grasi akan menjadi renungan kita bersama dalam meningkatkan kesejah-teraan masyarakat dan memberi peluang berusaha untuk mendorong pro-gram transmigrasi swakarsa mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar